Selasa, 23 Februari 2010

Teman Dalam Kesendirian


Sungguh, tidak mudah menjaga keistiqamahan atas pilihan iman di zaman seperti ini. Saat rasa iman seperti tawar dan hambar. Saat penopang-penopangnya semakin sulit ditemukan. Dan saat lingkungan semakin tak mendukung. Adakah yang tetap teguh dalam kesendirian, yang sering mencekam ?
Ibarat perjalanan, hari-hari menapaki jalan iman adalah pertaruhan. Tentang keyakinan akan kebenaran dan janji keselamatan, juga kesabaran penempuhan yang seolah tak berkesudahan. Sedang mata yang nanar dan langkah yang limbung membuat jalan lurus ini tak tampak benderang. Ia serupa gulita belantara lebat yang pekat dengan berbagai jebakan. Terlihat terjal berliku dalam kesunyian yang menakutkan. Kini siapakah yang sanggup berjalan ketika dia merasa sendiri ?
Meski, jika kita meneliti petunjuk yang terbaca jelas, juga jejak-jejak pendahulu yang meninggalkan bekas, kita bisa lega bernafas. Inilah jalan penghantar kesuksesan hakiki yang kita cari. Kita percaya, pernah ada manusia yang menempuhinya, dahulu kala, dalam jumlah yang melimpah, sebab dari jejak yang tertinggal, kita bisa melacaknya. Mereka adalah hamba-hamba yang mendapat anugerah Allah; para Nabi dan Rasul, para Syuhada’, dan para Shiddiqin. Merekalah sebaik-baik teman perjalanan!
Keyakinan yang cukup akan hal ini mutlak perlu. Agar kita tak ragu melangkah sebab kita bukanlah sang pembuka jalan. Agar kita tak lagi takut meski hanya menjadi pengikut. Agar azzam kita tak memudar meski jejak-jejak itu semakin samar. Juga, agar bashirah kita tak menumpul digerogoti fakta-fakta palsu yang terus muncul.
Selanjutnya adalah kesabaran. Sebab tekad baja bisa saja lebur, keyakinan bisa hancur, dan langkah-langkah kaki bisa terhenti, untuk kemudian mundur teratur, jika kita tidak pandai merawatnya. Itu berarti ada jalan lain yang kita tempuh, sedang keyakinan tentang kebenarannya tidak kita miliki utuh.
Disinilah kesabaran dibutuhkan agar perjalanan tak menjadi beban berat. Bashirah ditajamkan agar setiap langkah menjadi nikmat. Namun muthmainnah dimenangkan agar kuat menghadang setiap seruan jahat. Hingga perjalanan pulang ini terasa dekat. Hanya sekejap waktu yang akan segera berlalu, insyaAllah.
Maka berlakulah kemestian itu, jika yakin dan sabar semakin kuat, semakin kita bisa tegar melangkah dijalan ini. Pun jika ia semakin lemah, maka langkah-langkah kaki akan terbalik arah sebab tidak sanggup memikul beban perjalanan. Tidak tahan melangkah dalam kesendirian. Apalagi tanpa teman!
Tapi lihatlah1 Kebenaran ini menyusup ke dalam kalbu, menancap kuat dengan hebat, kemudian memberi keyakinan pasti. Ia serupa mata yang bersua sinar mentari pagi. Yang ketika ia yakin, maka menjadi tidak penting lagi sesiapa yang menolak dan menyetujui. Sebab kebenaran memang tidak memerlukan persetujuan makhluk, siapapun dia. Kebenaran adalah permakluman dari Sang Rahman. Kalau kita percaya!
Maka teman dalam kesendirian adalah keyakinan akan kebenaran. Islam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar